obatperangsangwanita.my.id – JAKARTA – Gangguan tulang belakang seperti saraf terjepit (spinal stenosis lumbar) merupakan suatu kondisi adanya penyempitan otot atau saraf pada tulang belakang. Umumnya, gangguan ini dapat ditangani dengan fisioterapi serta pemberian obat apabila terindikasi gangguan ringan. Namun, apabila pasien sudah ada mengalami perubahan bantalan tulang belakang atau nyeri yang tersebut menjalar, harus menjalani perawatan lebih banyak lanjut dengan operasi tulang belakang endoskopi (Endoscopic Spine Surgery/ESS).
Walaupun terdengar sederhana, seseorang yang mana mengalami gangguan saraf terjepit harus segera ditangani sebelum terjadi kerusakan yang tersebut tambahan parah pada saraf tulang belakang. Penanganan saraf terjepit pun telah terjadi mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Meskipun tindakan bedah tulang belakang endoskopi sudah ada dijalankan sejak beberapa dekade lalu, namun tindakan ini menunjukkan peningkatan permintaan dikarenakan terdapat perubahan terbaru pada alat endoskopi.
Prosedur ESS ketika ini dilaksanakan dengan menggunakan teropong untuk mengakses area tulang belakang dengan pendekatan minimal invasive surgery. Selain itu, teknik ini memungkinkan dokter untuk mengamati tambahan baik struktur tubuh yang tersebut diperbaiki tanpa harus banyak melukai jaringan kulit. Selain digunakan untuk perawatan saraf terjepit, prosedur ini juga direkomendasikan untuk berbagai hambatan tulang belakang lain seperti fraktur tulang belakang, peradangan sendi, hingga penyempitan saluran tulang belakang.
Menurut Dokter Spesialis Bedah Ortopedi Konsultan Tulang Belakang RS Siloam Lippo Village dr. Jephtah F. L. Tobing, Sp.OT (K), teknik ESS diadakan dengan menggunakan sayatan yang terpencil lebih tinggi kecil dari operasi standar, sehingga luka tambahan rapi, rasa nyeri yang tersebut dirasakan lebih besar sedikit, juga pemulihan pascaoperasi lebih tinggi cepat. Prosedur minimal invasif ini cocok bagi pasien yang miliki kondisi medis bawaan seperti diabetes, hipertensi, dan juga penyakit lain yang digunakan dapat meningkatkan risiko apabila menjalani operasi standar.
Hingga pada waktu ini, prosedur ESS sudah ada dijalankan lebih banyak dari 50 kali oleh pasukan dokter spesialis di area RS Siloam Lippo Village.
“Setelah tindakan selesai, pasien dianjurkan untuk melakukan pergerakan ringan seperti duduk atau berjalan untuk mempercepat pemulihan. Sebagian besar pasien dapat kembali ke rumah di waktu 24 jam pasca prosedur apabila tidaklah miliki penyakit bawaan. Selain itu, pasien juga disarankan untuk rutin melakukan fisioterapi selama masa penyembuhan sehingga menghurangi risiko cedera berulang pada tulang belakang,” beber dr. Jephtah.